Dies Natalis HMI ke 78: Peran Kohati dalam membangun perekonomian di tengah tantangan ekonomi
![](https://digitalpena.com/wp-content/uploads/IMG-20250208-WA0015-780x470.jpg)
SAMPANG, digitalpena.com – Organisasi yang didirikan Lafran Pane dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia ini terus menegaskan perannya sebagai anak kandung republik dengan komitmen keislaman dan keindonesiaan yang selaras.
Refleksi Milad HMI ke 78 ini bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga ajang refleksi bagi seluruh kader hmi, dalam menjawab isu aktual dan berkontribusi di berbagai tantangan zaman. Akhir-akhir ini banyak persoalan yang sangat komplek salah satunya dari aspek sosial dan ekonomi. Mengacu pada pandangan Thomas Robert Malthus seorang pakar demografi inggris dan ahli ekonomi politik. Pertumbuhan penduduk yang besar akan menyebabkan krisis pangan, sehingga akan terjadi kelangkaan makanan, dan kesenjangan ekonomi sosial. Dalam hal ini Korps Hmi Wati (Kohati) menyoroti realitas sosial yang berdampak langsung pada perempuan dan keluarga.
Fenomena baru kelangkaan gas LPG 3 kg di berbagai daerah di Indonesia imbas dari pengurangan kuota LPG 3 kg bersubsidi pada tahun 2025. Dimana hal ini banyak dirasakan langsung oleh konsumen khususnya ibu rumah tangga menjerit karena harus mengantri cukup lama bahkan tidak mendapatkannya. Masalah ini tidak hanya terkait distribusi, Tetapi ini juga berisiko memperburuk ketidaksetaraan sosial, karena yang seharusnya mendapatkan elpiji 3kg bersubsidi ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan usaha mikro. Namun fakta yang ada adalah kelompok yg lebih mampu bisa dengan mudah membeli gas dengan harga tinggi, sementara masyarakat kecil, khususnya perempuan yang mengelola rumah tangga, menjadi kelompok yang paling terdampak akibat naiknya harga kebutuhan pokok.
Dalam situasi ini, Kohati berperan aktif dalam memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi perempuan yaitu:
1.pemberdayaan ekonomi perempuan.
Kohati akan memberikan ruang dan peran untuk perempuan dalam meningkatkan keterampilan perempuan melalui pelatihan dan peningkatan literasi ekonomi, sehingga perempuan juga berperan aktif dalam ekonomi, birokrasi, dan politik. Dalam hal ini peran perempuan dalam perekonomian ada beberapa kategori.
– peran tradisional yaitu pekerja domestik yang menjadi peran penting dalam rumah tangga.
– peran transisi yaitu perempuan juga bekerja di bidang sektor pertnian dan industri.
– peran kontemporer yaitu perempuan bekerja sebagai wanita karir.
2. Advokasi kebijakan perempuan
Kohati akan terus mengawal isu-isu terkait akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi seperti kelangkaan gas, kenaikan kebutuhan pokok dan ketimpangan ekonomi.
Selamat Milad ke-78 untuk HMI semoga hal ini di jadikan kesempatan Kohati untuk menegaskan perannya sebagai garda terdepan dalam membangun perekomian perempuan . Teruslah tumbuh menebarkan narasi keislaman dan ke Indonesiaan serta tetap melangkah dalam mengawal problem keummatan dan kebangsaan. (AZ)